JAKARTA RAYA Hasil riset yang dilakukan Jakarta Islamic Center (JIC) untuk kemampuan membaca Al-Qur’an di masyarakat menjadi perhatian anggota DPRD DKI dari dapil 2 DKI Jakarta, Neneng Hasanah.
Politisi yang akrab disapa Bunda itu berharap akan menambah peran aktif JIC dalam menggalakan kemampuan masyarakat, khususnya di Jakarta Utara dan Pulau Seribu.
“Dengan hasil riset yang dikeluarkan, saya berharap Jakarta Islamic Center (JIC) harus proaktif dalam mengirimkan tim pengajar untuk masyarakat. Baik itu di Jakarta Utara atau pun di Pulau Seribu,” ujar Bunda Neneng, Senin (22/12/2025).
Dikatakan Pembina IPPNU Jakarta itu, dari pengamatannya khusus masyarakat Jakarta Utara tergolong sangat religius. Sebab, kata dia lagi banyak masyarakat yang memiliki kemampuan dalam mengaji namun tidak ingin ditonjolkan, lantaran pertimbangan rasa hormat terhadap senior.
“Dalam komunitas NU, sangat menjunjung tinggi samina wa athona. Sehingga banyak juga yang lulusan pesantren, tapi tidak ingin menonjolkan skill-nya dalam membaca Al-Qur’an. Karena adanya tradisi mengedepankan senioritas sesama santri,” bebernya.
Lebih jauh, Ketua DPC PD Pulau Seribu tersebut mempertanyakan prihal hasil riset dari masyarakat Jakarta Utara yang tergolong sedang dalam hal kemampuan membaca Al-Qur’an.
Anggota DPRD DKI empat periode itu menduga riset dilakukan terhadap komunitas tertentu. Sebab, kata dia setiap pekan atau bulan kyai NU aktif dalam menggelar pengajian di Jakarta Utara.
“Kalau memang itu hasil riset, tentu harus ada bahannya atau pun tes membaca Al-Qur’an. Dengan riset ini, saya harapkan Islamic Center berperan dalam menggelorakan masyarakat untuk membaca dan belajar Al-Quran,
Mantan pengurus MUI Jakarta Utara, Usman ikut mempertanyakan hasil riset tersebut. Apalagi, berkaca pada masyarakat di lingkungannya mayoritas memiliki kemampuan dalam membaca, memahami ilmu tajwid dan melafalkan mahraj huruf.
“Berkaca di lingkungan saya, banyak masyarakat yang selesai nyantri memilih tidak ingin menampakan diri. Karena masyarakat cenderung merasa masih memiliki banyak kekurangan dalam ilmunya,” katanya.
Sebab itu, Staf khusus anggota DPRD DKI itu pun menduga riset dilakukan pada masyarakat yang kurang dalam pemahaman terhadap Al-Qur’an. “Makanya tergantung dari risetnya, objeknya dimana, sampelnya dimana. Sehingga tidak bisa disamakan untuk tiap wilayah,” tandas warga Kelapa Gading itu.


Tinggalkan Balasan