JAKARTA RAYA, Sultra – Nama Abu Hasan kembali mencuat di kancah politik Sulawesi Tenggara. Menjelang Musda XI Partai Golkar Sultra, ia menjadi salah satu kandidat kuat Ketua DPD.

Namun, bagi masyarakat Sultra, sosok Abu Hasan bukanlah wajah baru. Ia dikenal sebagai politisi matang yang ditempa sejak mahasiswa hingga kini menjadi figur strategis di panggung politik daerah.

Mantan Bupati Buton Utara periode 2015–2020 ini membawa visi membangun Golkar sebagai partai modern, solid, dan dekat dengan rakyat.

Abu Hasan memulai kiprah dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), tempat ia menempa diri sebagai aktivis kampus.

Dari sana ia melanjutkan karier organisasi di KNPI, lalu bertransformasi menjadi tokoh alumni yang dipercaya memimpin KAHMI Sultra.

Sebagai Ketua KAHMI Sultra, Abu Hasan menjadi penghubung antara gagasan strategis di tingkat nasional dengan realitas lokal Sultra.

Saat itu, KAHMI Nasional yang dipimpin Mahfud MD (2022–2027) berperan sebagai forum intelektual dan strategis alumni HMI di tingkat nasional.

Abu Hasan sebelumnya pernah menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Sultra periode 2018–2021. Ini menjadi salah satu periode keemasan partai banteng di Bumi Anoa. Di bawah komandonya, PDIP bukan hanya mengamankan kursi Ketua DPRD Sultra, tetapi juga menempatkan lima kepala daerah kabupaten/kota di Sultra berasal dari PDIP.

Kini di Partai Golkar, Abu Hasan melanjutkan kiprahnya melalui Partai Golkar dengan tekad membangun partai yang solid, modern, dan dekat dengan rakyat.“Dari HMI hingga KAHMI, dari PDIP hingga Golkar, saya belajar bahwa politik bukan sekadar perebutan kursi, melainkan pengabdian yang berkelanjutan untuk rakyat,” tegasnya.

Kini, menjelang musda, ia juga didapuk sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Wilayah Kepulauan Golkar Sultra dan juga Ketua Panitia Musda XI. Di sini Abu Hasan menunjukkan dedikasi penuh untuk memastikan jalannya forum tertinggi partai tersebut berlangsung sukses.

Ia menegaskan bahwa calon Ketua DPD Golkar Sultra harus benar-benar kader sah dengan KTA aktif, bukan sekadar tokoh populer yang hanya muncul menjelang Musda.

“Golkar ini adalah rumah besar kader. Yang bisa memimpin rumah ini adalah mereka yang benar-benar kader sejati, punya KTA, loyal, dan bekerja untuk partai, bukan hanya untuk kepentingan pribadi,” tegas Abu Hasan lewat pesan tertulis kepada Jakarta Raya, pada Rabu (10/9/2025).

Kehadirannya di Golkar mendapat sambutan hangat dari kader daerah. Seorang pengurus Golkar di Butur menyebut Abu Hasan sebagai figur yang lengkap.

“Beliau punya pengalaman, jaringan, dan kedewasaan politik. Itu modal besar untuk membawa Golkar Sultra lebih maju,” katanya.

Dengan pengalaman panjang dari aktivisme HMI, kepemudaan di KNPI, jejaring di KAHMI, hingga kepemimpinan partai politik, Abu Hasan tampil sebagai figur politisi matang.

Kini, ia menatap Golkar Sultra dengan visi besar: membangun partai yang kokoh, modern, dan berpihak pada rakyat.

“Golkar adalah rumah besar. Saya ingin membangun kebersamaan di sini, menguatkan kader muda, sekaligus memastikan partai hadir nyata untuk rakyat Sulawesi Tenggara,” tegasnya.

Secara peluang, Abu Hasan membawa modal kuat: pengalaman lintas organisasi, jejaring politik luas, serta citra sebagai figur kompromi. Ia mampu merangkul kader senior maupun generasi muda.

Namun, tantangannya tidak ringan. Golkar Sultra dikenal sarat faksi. Loyalitas kader internal serta kemampuan konsolidasi akan menjadi ujian utama.

Sejumlah kader daerah mulai menyuarakan dukungan.

“Beliau sudah teruji sebagai birokrat dan politisi. Kami percaya Abu Hasan bisa membawa Golkar Sultra lebih solid,” kata salah seorang kader yang tidak mau menyebut namanya.

Dari kalangan muda, dukungan juga datang.

“Abu Hasan adalah figur yang bisa menjembatani generasi senior dan anak muda. Golkar butuh pemimpin yang terbuka dengan inovasi, tapi tetap menjaga tradisi,” ujar kader muda Golkar Konawe.

Dengan latar belakang aktivisme HMI, kepemudaan di KNPI, kepemimpinan di PDIP, hingga kini di Golkar, Abu Hasan mencerminkan perjalanan seorang politisi matang yang terus belajar dan beradaptasi. (ali)