JAKARTA RAYA – Menjelang Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akan berlangsung pada 27–29 September 2025 di Jakarta, wacana kepemimpinan baru menjadi sorotan.

Salah satu nama yang paling banyak mendapat dukungan adalah Agus Suparmanto.

Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy yang akrab disapa Gus Rommy menyampaikan, mantan menteri perdagangan ini dinilai tepat memimpin PPP menuju era baru yang lebih solid, modern, dan mandiri.

Gus Rommy mengungkapkan, Muktamar PPP ini pada dasarnya adalah pro status quo atau pro perubahan. Kalau pro status quo berarti PPP tinggal masa lalu. Tetapi kalau pro perubahan berarti PPP ada harapan untuk kembali ke Senayan tahun 2029.

“Nah, kalau kita lihat dukungan untuk pro perubahan ini sangat mengalir deras. Pak Agus Suparmanto sudah mendapat dukungan dari seluruh Pulau Jawa . Bahkan DKI yang terakhir diikuti oleh DPC Jaksel sudah menyatakan dukungan untuk Pak Agus,” ujarnya ketika dihubungi oleh JAKARTA RAYA pada Kamis (24/9).

Begitu juga dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Jawa Barat resmi menyatakan dukungan kepada Agus Suparmanto sebagai calon Ketua Umum DPP PPP periode 2025–2030.

Dukungan tersebut diumumkan dalam Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) PPP Jabar yang digelar di Bandung, pada 21/9/2025.

“Jadi ini bukan soal Pak Agus Suparmanto nya, tetapi pro perubahan. Pak Agus itu hadir dalam situasi mayoritas DPC di seluruh Indonesia menginginkan adanya perubahan sehingga gayung bersambut, ” Imbuh Rommy.

Rommy mengatakan keputusan untuk mendukung Agus ini didasarkan pada dukungan dari kalangan ulama dan majelis syariah, serta basis yang kuat di tingkat daerah.

Agus Suparmanto dianggap sebagai sosok yang tepat untuk memimpin PPP menuju arah yang lebih baik dan relevan di kancah politik nasional.

Selain itu, dukungan juga datang dari DPW dan 10 DPC PPP di Bengkulu, yang sepakat mendukung Agus Suparmanto sebagai Ketua Umum dalam Muktamar X di Jakarta . Dukungan ini menunjukkan bahwa Agus memiliki basis yang luas dan solid di berbagai wilayah.

“Para kyai jelas memiliki diktum yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang mempertahankan yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik,” imbuh Rommy.

Rommy menambahkan bahwa Mardiono sudah gagal memimpin PPP. Ia mengibaratkan bagwa Mardiono sebagai sopir sebuah kenderaan tetapi dia tidak mampu membawa PPP sampai kepada tujuan.

“Ilmu managemen mengajarkan bahwa tidak akan ada hasil yang berbeda jika melakukan sesuatu dengan cara yang sama,” tutup Rommy. (ali)