JAKARTA RAYA – Massa Himpunan Pemuda dan Mahasiswa Sumatera Utara (HIPMASU) kembali menggelar aksi unjuk rasa jilid II di Kantor Wali Kota Medan, Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan, serta Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu).

Dalam aksinya, massa menyoroti dugaan praktik nepotisme dalam penetapan pemenang tender Event Organizer (EO) Ramadan Fair, yang diduga melibatkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan demi memenangkan CV Yohara Gemilang dengan total anggaran Rp4,9 miliar.

“Kami hadir sebagai bentuk kontrol sosial untuk kepentingan bersama. Kami menduga adanya praktik nepotisme dalam penetapan pemenang tender Ramadan Fair senilai hampir Rp5 miliar,” tegas Ketua Umum HIPMASU, Muda Harahap, dalam orasinya pada Selasa (18/3).

Massa HIPMASU menduga CV Yohara Gemilang sengaja dimenangkan, meskipun penawarannya lebih tinggi dibandingkan peserta lain. Selain itu, mereka menemukan indikasi persiapan yang dilakukan lebih awal, seperti pemasangan rangka tenda, padahal proses pelelangan masih berada dalam masa sanggah.

“Kami melihat kejanggalan, di mana CV Yohara Gemilang sudah melakukan persiapan padahal proses tender belum selesai. Ini menguatkan dugaan adanya pengaturan dalam pemenang tender,” tambahnya.

Beberapa tuntutan yang disampaikan HIPMASU antara lain:

1. Meminta Kepala Kejatisu dan Kapolda Sumut untuk segera memanggil dan memeriksa Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan terkait dugaan kecurangan dalam proyek Ramadan Fair XIX.

2. Mendesak penyidik Kejatisu dan Poldasu untuk segera memeriksa pimpinan CV Yohara Gemilang.

3. Menuntut Kapolda Sumut dan Kejatisu untuk serius dalam menindaklanjuti kasus-kasus korupsi di Sumatera Utara.

4. Meminta Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, untuk mengevaluasi jabatan Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan atas dugaan penyimpangan dalam proses tender.

Setelah lebih dari satu jam berorasi di depan Kantor Wali Kota Medan tanpa adanya respons dari pihak terkait, massa melanjutkan aksinya ke Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan. Sesampainya di lokasi, terjadi ketegangan antara mahasiswa dan oknum petugas dinas hingga menyebabkan salah satu peserta aksi mengalami luka di tangan akibat goresan.

Meski demikian, aksi tetap berlanjut hingga akhirnya massa diterima oleh Kabag Kebudayaan Disdikbud Kota Medan, Andi. “Saya dihubungi pimpinan untuk menemui teman-teman. Saat ini pimpinan sedang tidak berada di tempat, sehingga persoalan ini akan ditangani oleh Tim POKJA,” jelas Andi saat menemui perwakilan massa HIPMASU.

Aksi ini menjadi sorotan sebagai bentuk perlawanan mahasiswa terhadap dugaan kecurangan dalam proses tender yang dinilai merugikan transparansi dan keadilan dalam pengadaan proyek Ramadan Fair di Kota Medan. (sin)