JAKARTA RAYA, Bern – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bern menggelar dialog terbuka dengan diaspora Indonesia di Swiss dan Liechtenstein pada Senin (8/9). Forum ini menjadi ruang komunikasi untuk menyampaikan aspirasi, sekaligus memperkuat keterhubungan antara perwakilan RI dengan masyarakat diaspora.

Dalam dialog tersebut, diaspora Indonesia menyoroti sejumlah isu nasional maupun pelayanan KBRI. Terkait kondisi tanah air, diaspora menyatakan solidaritas dengan gerakan rakyat yang menuntut transparansi, reformasi, empati, serta menolak kekerasan terhadap aksi massa. Mereka juga mendesak adanya reformasi parlemen, penguatan lembaga anti-korupsi, pembenahan Polri dan TNI, hingga kebijakan ekonomi yang lebih adil.

Beberapa perwakilan diaspora bahkan membacakan aspirasi dan permintaan secara langsung, termasuk dukungan terhadap tuntutan 17+8 yang diminta untuk diteruskan ke pemerintah. Mereka juga berharap KBRI Bern selektif dalam melayani kunjungan pejabat yang dinilai tidak memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

Dari sisi pelayanan, diaspora menyoroti kendala paspor akibat kerusakan printer khusus paspor. Mereka meminta agar pelayanan segera dipulihkan dan pengadaan printer pengganti dipercepat.

Sebanyak 15 orang hadir langsung di KBRI Bern, sementara peserta lainnya mengikuti secara daring. Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein bersama jajaran staf KBRI turut hadir mendengar masukan.

Adapun tuntutan diaspora kepada sejumlah lembaga negara di Indonesia antara lain: DPR diminta menghentikan praktik pamer kekayaan, segera mengesahkan RUU Perampasan Aset, dan menggelar audiensi reguler dengan rakyat. Polri diharapkan lebih humanis, tidak mengkriminalisasi warga, dan memperkuat profesionalisme. Kejaksaan Agung didesak menuntaskan kasus besar yang masih tertunda, sementara Mahkamah Konstitusi diminta meninjau ulang sejumlah keputusan kontroversial.

Di sisi lain, diaspora juga mendorong program pembinaan yang relevan dengan kebutuhan WNI di Swiss, seperti pelatihan kerja sesuai standar lokal, dukungan usaha kuliner, dan pendampingan legalitas usaha. Mereka menekankan pentingnya media sosial resmi KBRI sebagai kanal terbuka untuk informasi dan keluhan masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, KBRI Bern menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan pelayanan, termasuk percepatan pengadaan printer paspor pengganti melalui koordinasi dengan kementerian terkait di Jakarta. KBRI juga mengapresiasi masukan yang diberikan dan berjanji memperkuat komunikasi melalui berbagai saluran.

Diaspora Indonesia di Swiss dan Liechtenstein pada gilirannya mengapresiasi keterbukaan KBRI Bern yang menyediakan wadah dialog terbuka. Forum ini dinilai penting sebagai sarana penyampaian aspirasi sekaligus membangun komunikasi konstruktif antara masyarakat dan perwakilan negara. (rw)