Oleh: Mohamad Fuad

JAKARTA RAYA – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sejak awal berdiri mengusung wajah politik kebangsaan yang inklusif dan antidiskriminatif. Tak berlebihan jika disebut sebagai rumah bersama bagi mereka yang datang dari berbagai latar belakang, keyakinan, dan perjuangan sosial. PKB bukan partai berbasis sektarian, bukan pula hasil proyek elit birokrat, konglomerat, atau eks militer. Ia lahir dari kesadaran moral dan spiritual atas situasi bangsa yang kala itu sarat tekanan dan ketimpangan.

PKB menjadi magnet bagi para aktivis dari berbagai penjuru negeri. Di dalamnya berhimpun para penggerak sosial, advokat buruh dan tani, pejuang lingkungan, pembela hak perempuan, mahasiswa kritis, aktivis pertanahan, pelaku ekonomi kerakyatan, hingga pejuang hak asasi manusia.

Mereka bukan hanya menjadi pengisi barisan, melainkan pilar penting yang menopang arah ideologis partai. Loyalitas mereka bukan semata pada simbol, melainkan pada prinsip—pada mabda’ siyasi yang menjadi napas perjuangan. Di tengah derasnya arus pragmatisme politik, para aktivis ini tetap menjaga integritas, menjadikan “politik sebagai ibadah” sebagai landasan berpikir dan bertindak.

Antara Semangat dan Realitas Politik

Namun di medan politik yang keras, idealisme kerap diuji. Bukan rahasia jika kader aktivis PKB menghadapi berbagai tantangan, baik dari luar maupun dari dalam. Stigma terhadap pilihan ideologis PKB, tekanan dari kelompok yang tak sehaluan, hingga sikap skeptis sebagian masyarakat menjadi keseharian yang harus dilalui. Bahkan, tak sedikit kader yang dipinggirkan dalam diskursus politik arus utama.

Di sisi lain, tantangan internal tak kalah pelik. Gesekan antar kader, benturan kepentingan, hingga konflik personal menjadi ujian serius bagi soliditas gerakan. Dinamika seperti ini kerap menghambat efektivitas kerja politik dan memengaruhi pencapaian tujuan strategis partai.

Kondisi eksternal pun tidak selalu bersahabat. Kekalahan dalam pemilu atau dinamika kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada PKB berdampak langsung pada kerja-kerja kader di lapangan. Ditambah dengan praktik birokrasi yang tidak sehat, kepercayaan publik terhadap partai pun bisa terkikis. Maka, kerja membangun ulang kepercayaan menjadi keharusan yang tidak ringan.

Modal Sosial Kader Aktivis PKB

Meski demikian, di tengah keterbatasan sumber daya—dari aspek finansial, jaringan, hingga waktu—kader aktivis PKB terus bergerak. Mereka bukan hanya memiliki daya tahan yang kuat, tetapi juga modal sosial yang mumpuni. Mereka membuktikan bahwa kerja politik bisa tetap berjalan dengan mengandalkan kepercayaan masyarakat, konsistensi sikap, serta komunikasi yang jujur dan membumi.

Kemampuan kader dalam membangun komunikasi dua arah dengan masyarakat menjadi keunggulan tersendiri. Mereka tak sekadar menyampaikan pesan partai, tapi juga menyerap aspirasi warga, menjadikannya sebagai bagian dari strategi perjuangan.

Di sisi lain, kemampuan analisis sosial-politik kader tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka mampu membaca situasi, memetakan masalah, dan merumuskan strategi secara tepat sasaran. Dalam kerja kolektif, mereka bisa berkolaborasi lintas sektor—dengan LSM, komunitas warga, hingga pemerintah.

Yang juga penting, kader PKB memiliki daya adaptasi tinggi. Di tengah politik yang fluktuatif, mereka mampu merancang pendekatan yang fleksibel, murah secara operasional, tapi tetap tajam dalam tujuan. Ini menjadi kekuatan yang penting dalam merespons dinamika lokal maupun nasional.

Penutup: Dari Basis Menuju Transformasi

Kader aktivis PKB bukan sekadar pelengkap struktur, mereka adalah jantung dari denyut ideologis partai. Mereka bukan alat elektoral semata, tapi aktor perubahan. Di tengah gempuran ideologi asing, rayuan pragmatisme, dan godaan kekuasaan, mereka memilih tetap berdiri tegak pada nilai, bukan sekadar posisi.

PKB akan tetap relevan selama para kadernya menjadikan perjuangan sebagai ladang ibadah, bukan sekadar peluang jabatan. Dan para kader aktivis inilah yang membuktikan bahwa kekuatan sejati sebuah partai terletak pada keyakinan ideologis, bukan pada kuasa material. (***)