Oleh: Rd. Yudi Anton Rikmadani, Dosen STIH Prof Gayus Lumbuun
JAKARTA RAYA – Di tengah arus deras perubahan politik nasional, Partai Bulan Bintang (PBB) berdiri sebagai salah satu kekuatan politik yang membawa misi penting menjaga keutuhan nilai-nilai Islam dalam bingkai kebangsaan dan memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai partai yang lahir dari rahim perjuangan umat Islam dan warisan konstitusional Masyumi, PBB memiliki akar ideologis yang kuat. Bukan sekadar partai politik yang mengejar kekuasaan, tetapi gerakan moral yang ingin mengembalikan politik kepada akarnya yaitu dengan melayani rakyat, menegakkan keadilan, dan mewujudkan pemerintahan yang bersih serta bermartabat.
Selama ini, PBB mungkin kurang terdengar riuh di panggung politik nasional. Namun, diam bukan berarti mati. Kesunyian justru menjadi ruang refleksi, konsolidasi, dan penajaman arah perjuangan. Dalam diam, dibawah garis komando Gugum Ridho Putra, PBB terus bekerja, menyuarakan keadilan sosial, memperjuangkan hak-hak umat dan masyarakat kecil, serta menjaga agar demokrasi tidak kehilangan arah.
Namun tantangan ke depan tidak ringan dikarenakan fragmentasi umat, pragmatisme pemilih, serta dominasi kekuatan modal menjadi ujian nyata. Oleh karena itu, PBB berbenah, dengan langkah strategis penguatan internal dimulai dari kaderisasi yang lebih terstruktur, memperluas basis, pendekatan dakwah politik yang inklusif, serta pelibatan aktif anak muda dan para intelektual dalam struktur partai. Sehingga PBB harus terus tampil dengan narasi yang membedakan dimulai dari narasi nilai, narasi solusi, dan narasi keberpihakan pada keumatan dan kebangsaan.
Di tengah kejenuhan publik terhadap politik transaksional dan elitis, masyarakat membutuhkan pilihan politik yang bersih, cerdas, dan berorientasi pada kemaslahatan dan berpijak pada nilai-nilai Pancasila. Di situlah PBB menemukan relevansinya. Saat yang lain sibuk dengan pencitraan, PBB menawarkan keteguhan. Saat yang lain berganti arah, PBB tetap pada jalur konstitusionalnya.
Garis komando Ketua Umum Gugum Ridho Putra, PBB kembali tampil ke permukaan, mengisi ruang publik dengan gagasan, keberanian, dan keteladanan. Karena bangsa besar ini membutuhkan lebih dari sekadar suara mayoritas melainkan membutuhkan kekuatan moral yang menjaga nurani demokrasi. (***)
Tinggalkan Balasan