JAKARTA RAYA, Depok – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia menuai sorotan di Kota Depok. Alih-alih menerima menu lengkap bergizi seimbang, sejumlah siswa sekolah dasar justru mendapat susu cair satu liter dan tiga buah roti seharga sekitar Rp3.000 untuk konsumsi selama tiga hari.
Padahal, MBG dirancang untuk memenuhi standar gizi 4 sehat 5 sempurna berbasis pangan lokal. Menu tersebut mencakup karbohidrat seperti nasi, kentang, atau jagung; protein dari ayam, ikan, telur, tempe, dan tahu; sayuran hijau dan berwarna; buah-buahan; serta lemak sehat, dengan tambahan susu. Setiap porsi ditargetkan memiliki asupan energi sekitar 500–600 kilokalori agar menarik bagi anak-anak sekaligus mencegah gizi buruk.
Namun, konsep menu bergizi yang sempat dikemas menarik—seperti nasi berwarna dari bunga telang atau tumisan sayur pelangi—kini dinilai mulai diabaikan.
Berdasarkan data yang dihimpun, siswa di SDN 01, SDN 02, dan SDN 03 Pancoranmas, Depok, sejak awal Desember 2025 menerima MBG dari Sentra Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam bentuk susu cair satu liter dan tiga buah roti untuk kebutuhan tiga hari.
Roro, orang tua murid kelas III SDN 03 Depok, mengaku heran dengan perubahan menu tersebut. Ia mengatakan, pembagian dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan Ujian Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil.
“Biasanya anak dapat ransum makanan sehat, tapi waktu ujian malah diganti susu cair dan roti. Susunya satu liter untuk tiga hari ke depan. Saya bingung kenapa bukan makanan sehat seperti biasanya,” ujar Roro.
Hal serupa disampaikan Rani, orang tua murid SDN 02 Depok. Menurutnya, pembagian susu dan roti tersebut tidak mencerminkan menu MBG yang seharusnya.
“Anehnya, susu satu liter dan tiga roti itu untuk tiga hari. Program MBG belum genap setahun berjalan, tapi menunya sudah berubah,” kata Rani.
Meski demikian, Rani mengakui bahwa menu olahan MBG sebelumnya memang kerap tidak diminati siswa karena dinilai kurang enak dan terkadang cepat basi. Namun, ia menilai penggantian menu dengan susu dan roti tetap bukan solusi.
“Setidaknya itu memang program Presiden Prabowo. Yang dipikirkan harusnya menu sehat, bukan jajanan. Rotinya juga roti yang biasa dijual di warung,” tegasnya.
Rani berharap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis tidak dilakukan secara asal-asalan. Menurutnya, anak-anak membutuhkan asupan gizi yang benar-benar seimbang demi tumbuh kembang yang optimal.
“Program MBG ini menyangkut masa depan anak-anak. Jangan main-main,” pungkasnya. (ema)


Tinggalkan Balasan