JAKARTA RAYA – Setelah lama “tertidur”, Gerakan Bela Negara kembali bangkit. Kebangkitan itu ditandai dengan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) GBNI yang digelar di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Pondok Labu, Jakarta Selatan pada 20 Desember 2025 lalu.

Munaslub ini menjadi momentum bersejarah. Untuk pertama kalinya, kader-kader bela negara era 1990-an yang pernah ditempa dalam pendidikan intensif negara kembali dihimpun dalam satu wadah nasional.

Munaslub sekaligus menetapkan transformasi organisasi menjadi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GBNI.

Forum tersebut secara aklamasi menetapkan Abu Hasan Bupati Buton Utara periode 2016-2021 sebagai Ketua Umum DPP GBNI, sementara Rektor UPN Veteran Jakarta Profesor Anter Venus didaulat sebagai Ketua Dewan Pembina.

“Munaslub ini menjadi titik temu kembali kekuatan besar GBNI dan siap dikonsolidasikan untuk kepentingan bangsa,” ujar Abu Hasan.

Menurut Abu Hasan, kader bela negara memiliki ikatan ideologis yang kuat karena ditempa dalam proses panjang dan intensif, jauh melampaui pelatihan seremonial.

“Kami ini bukan kader instan. Kami pernah mengikuti penataran P4 tingkat pimpinan,” katanya.

GBNI tentu bukan organisasi biasa. Ia menghimpun lebih dari 800 alumni bela negara yang tersebar di seluruh Indonesia dan kini menempati berbagai posisi strategis, mulai dari rektor, kepala daerah, pejabat kementerian, hingga profesional di sektor publik dan swasta.

Mereka adalah para peserta penataran P4 tingkat pimpinan, kewaspadaan nasional, kamtibmas, hingga pendidikan kader bela negara yang digelar berbulan-bulan pada era 1990-an.

Kala itu, peserta merupakan utusan pimpinan organisasi kampus dan organisasi kemasyarakatan, seperti HMI, GMNI, Kosgoro, Pemuda Panca Marga, hingga organisasi intra kampus dari berbagai universitas.

“Ini bukan organisasi yang baru lahir. Ini organisasi dengan kesejarahan panjang. Anggotanya adalah kader-kader yang dulu disiapkan sebagai calon pemimpin bangsa,” ujar Rektor UPN Veteran Jakarta, Profesor. Anter Venus, saat dihubungi Jakarta Raya pada Senin 21 Desember 2025, yang sebelumnya memimpin GBNI dalam masa transisi.

Dari gerakan ke organisasi nasional

Anter menjelaskan, GBNI awalnya hanyalah gerakan bela negara yang tidak terkonsolidasi secara organisasi.

Seiring waktu, para alumni merasa perlu menghidupkan kembali wadah ini agar potensi besar tersebut dapat memberi kontribusi nyata bagi bangsa.

“GBNI awalnya hanya sebuah gerakan. Tapi kami sepakat menghidupkan kembali organisasi ini agar bisa berkontribusi, baik dalam pemikiran strategis maupun implementasi kebijakan kebangsaan,” kata Prof. Anter.

Ia mengaku diminta menakhodai organisasi saat masa transformasi, namun hanya sampai Munaslub.

“Saya siap mengantar sampai Munaslub. Alhamdulillah, Pak Abu Hasan terpilih sebagai Ketua Umum. Beliau sosok yang tepat untuk mengkonsolidasikan alumni yang jumlahnya sekitar 800 orang,” ujarnya.

Anter menegaskan bahwa kebangkitan GBNI bukan nostalgia masa lalu, melainkan langkah strategis menghadapi tantangan masa depan bangsa, termasuk menuju Indonesia Emas 2045.

“Kami adalah kader-kader yang pernah ditempa berbulan-bulan dengan disiplin, nasionalisme, dan patriotisme. Kini saatnya bersatu kembali untuk berkontribusi menjaga Indonesia tetap utuh, berdaulat, dan berkelanjutan,” tegasnya.

Menurutnya, tantangan bangsa ke depan tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam, seperti radikalisme, intoleransi, dan upaya membelokkan sejarah bangsa.

“Kalau rongrongan dari dalam dibiarkan, itu berbahaya. GBNI hadir untuk menjaga kohesivitas bangsa dan menanamkan kembali kesadaran bela negara,” katanya.

Peran Strategis Perguruan Tinggi

Dipilihnya UPN Veteran Jakarta sebagai lokasi Munaslub dinilai bukan tanpa alasan. Kampus ini secara historis dan ideologis mengusung spirit bela negara.

“Secara visi, GBNI sangat sejalan dengan UPN Veteran. Kampus tidak bisa bergerak sendiri. Kami butuh mitra strategis yang punya napas bela negara,” ujar Anter.

Ke depan, UPN Veteran Jakarta dan GBNI berencana memperkuat kolaborasi, termasuk melalui kerja sama kelembagaan untuk menyebarluaskan nilai-nilai bela negara ke dunia pendidikan, birokrasi, dan masyarakat luas.

Dengan kepemimpinan baru, GBNI menargetkan konsolidasi nasional alumni bela negara sebagai agenda utama.

Setelah itu, organisasi akan difokuskan pada kontribusi pemikiran strategis, pendidikan kebangsaan, dan aksi nyata membangun kesadaran bela negara lintas generasi.

“Tujuan kami sederhana tapi besar: memastikan Indonesia tetap bersatu, berdaulat, maju, dan berkelanjutan,” pungkas Anter. (ali)