JAKARTA RAYA, Morotai – Gelombang inovasi pembangunan desa dari ujung utara Indonesia kini bertransformasi menuju kawasan timur. Dr. Rachma Fitriati, Ketua Patriot Universitas Indonesia (UI) Morotai, memperkenalkan Strategi Penta Helix Merauke, sebuah pendekatan kolaboratif lima pilar yang dirancang sebagai model percepatan ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi lokal.

“Strategi ini adalah respons nyata. Kami tidak hanya berbicara konsep, tetapi menghadirkan peta jalan operasional yang menyatukan pemerintah, akademisi, BUMN dan sektor swasta, komunitas, serta media,” ujar Dr. Rachma Fitriati. Model tersebut disusun untuk memperkuat visi Merauke sebagai Gerbang Pangan Nasional sekaligus mendukung agenda prioritas nasional Asta Cita.

Seminar Nasional BULOG yang digelar di pusat Papua Selatan dan dibuka oleh Gubernur Papua Selatan, Prof. Dr. Ir. Apolo Safanpo, menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, di antaranya Anggota DPD RI Irman Gusman, Bupati Merauke Yoseph Bladib Gebze, Wakil Bupati Fauzun Nihayah, Tokoh Masyarakat sekaligus Anggota P3OKP John Gluba Gebze, serta para pimpinan perguruan tinggi negeri di Papua.

Tidak berhenti pada diskusi, kegiatan ini menghasilkan penandatanganan MoU lintas sektor antara BULOG dan tiga perguruan tinggi negeri Papua—Universitas Musamus, Universitas Cenderawasih, dan Universitas Papua. Konsorsium ini akan memperkuat basis riset dan inovasi untuk mendukung implementasi strategi ketahanan pangan Merauke.

Dukungan kuat datang dari manajemen BULOG. Prof. Sudarsono Hardjosoekarto, Direktur SDM dan Umum BULOG, menegaskan kesiapan BULOG sebagai mitra logistik utama. “Dengan koperasi yang kuat, kita dapat memperpendek rantai distribusi sehingga harga lebih stabil dan petani memperoleh nilai tambah,” ujarnya.

Dari unsur legislatif, Anggota DPD RI Irman Gusman menyebut strategi ini sebagai lompatan paradigma. “Ini tentang membangun fondasi ekonomi desa yang mandiri, bukan sekadar proyek fisik yang berakhir ketika anggarannya habis,” tegasnya, mengkritik kelemahan pola pembangunan top-down yang sering tidak berkelanjutan.

Pemerintah Kabupaten Merauke turut memberikan dukungan konkret. Bupati Merauke menjelaskan bahwa pihaknya tengah menyiapkan integrasi sektor peternakan sapi, pertanian, dan pengolahan hasil. “Limbah ternak akan kami olah menjadi biogas dan pupuk organik, menghadirkan model ekonomi sirkular pertama di Papua,” ungkapnya. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Merauke, Martha Bayu W. Wijaya, A.Pi., M.Sc., telah menyiapkan peta jalan teknis yang lebih rinci.

Wawasan nasional turut diperkaya melalui kehadiran Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan, Drh. Hj. Suparmi, MS, yang memaparkan praktik terbaik integrasi sawit–sapi berbasis kemitraan inti-plasma. Model ini membuka peluang kemitraan pasar serta potensi replikasi di berbagai daerah. Dari sisi internasional, praktisi Malaysia Dr. Ryan Iskandar menyampaikan pengalaman Koperasi Iska Bekai dalam pengelolaan tanah ulayat untuk pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat Merauke.

Pengalaman empiris Tim Patriot UI di Morotai semakin menegaskan validitas model penta helix. Dr. Rachma mencontohkan keberhasilan program pendampingan dalam menangani kedaulatan pangan hingga penanganan illegal fishing, yang membuktikan bahwa pendekatan ini telah teruji pada berbagai konteks wilayah.

Dengan keterlibatan aktor yang lengkap, peta jalan teknis yang matang, dukungan politik yang signifikan, serta rekam jejak keberhasilan di daerah lain, Strategi Penta Helix Ketahanan Pangan Merauke bukan hanya menjadi motor transformasi lokal, tetapi juga berpotensi menjadi prototipe kebijakan ketahanan pangan nasional, khususnya bagi wilayah 3T. (hab)