JAKARTA RAYA, Depok — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa sekolah, santri, ibu hamil, dan balita secara bertahap mulai berjalan di Kota Depok. Dari 11 kecamatan yang ada, tercatat sebanyak 80 dapur telah beroperasi sejak awal 2025 untuk mendukung program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut.

Namun, pelaksanaan di lapangan belum sepenuhnya sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Salah satu kendala yang dihadapi ialah keterbatasan lahan dapur pengolahan.

Wakil Ketua DPRD Kota Depok, Hj. Yeti Wulandari, mengungkapkan bahwa dapur MBG di Depok saat ini umumnya berdiri di atas lahan seluas 200 meter persegi, jauh di bawah ketentuan ideal seluas 300–400 meter persegi.

“Alhamdulillah, hingga November ini sudah ada sekitar 80 dapur MBG berdiri. Tapi memang tidak mudah mencari lahan luas di Depok. Rata-rata dapur yang ada baru sekitar 200 meter persegi,” ujar politisi Gerindra itu saat menghadiri lomba pembacaan dan penulisan puisi tingkat SD, SMP, dan SMA se-Kota Depok bertema ‘Makan Bergizi Gratis untuk Generasi Emas Indonesia 2045’ di Kantor PWI Kota Depok, Rabu (12/11/2025).

Meski demikian, Yeti tetap mengapresiasi percepatan pembangunan dapur MBG tersebut. Ia menilai, yang terpenting adalah pengolahan makanan dilakukan sesuai prinsip empat sehat lima sempurna.

“Kalau gizinya tertinggal, bagaimana anak-anak bisa fokus belajar dan tumbuh optimal? MBG ini bukan sekadar soal ekonomi keluarga, tapi juga membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini,” tegasnya.

Yeti menjelaskan, tujuan utama program MBG adalah menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 dengan kualitas gizi yang baik. Ia berharap 10–20 tahun mendatang, Indonesia tak lagi menghadapi masalah gizi buruk pada anak-anak.

“Presiden ingin saat kita mencapai bonus demografi, anak-anak yang kini menikmati MBG sudah tumbuh menjadi generasi cerdas dan sehat. Itulah investasi jangka panjang bangsa,” kata Yeti.

Terkait sejumlah kritik terhadap menu MBG, Yeti menilai hal itu wajar karena tidak semua anak terbiasa dengan makanan sehat.

“Banyak anak yang tidak suka sayur atau buah. Padahal makan bergizi ya harus ada itu — sayur, buah, ikan, daging, nasi, dan susu. Ini soal edukasi pola makan sehat,” jelasnya.

Dari hasil pemantauannya, Yeti juga melihat dampak positif MBG di beberapa sekolah. Banyak siswa kini lebih semangat datang ke sekolah, salah satunya karena menu yang disajikan memberikan pengalaman baru.

“Ada anak yang baru pertama kali mencicipi buah seperti pir atau anggur hijau. Mereka senang sekali. Setidaknya sekarang mereka tahu seperti apa makanan bergizi itu,” tutupnya. (ema)