Oleh: Mohamad Fuad – Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Sosial (Puskas)

Pertanyaan ini beredar lirih tapi menggigit di ruang publik, benarkah Menkeu Purbaya kini berada di sarang penyamun?

Bukan dalam arti fisik, melainkan dalam makna simbolik sebuah metafora untuk menggambarkan lingkungan kekuasaan yang sarat kepentingan, licik dalam senyum, dan rakus dalam kebijakan. Di tengah pusaran politik dan ekonomi, Purbaya digambarkan sebagai teknokrat yang mencoba tetap rasional di tengah permainan yang sering kali tidak lagi soal angka, melainkan soal gengsi dan jatah.

Menkeu Purbaya mulai dikenal karena keberaniannya menyentuh “wilayah gelap” berani mengkritisi korporasi pelat merah yang boros, berani menolak tekanan elite yang ingin melonggarkan disiplin fiskal, dan berani bicara jujur tentang subsidi yang tidak tepat sasaran. Tapi keberanian itu, di sarang penyamun, sering dianggap dosa besar.

Mereka yang biasa bermain di ruang abu-abu tentu gerah melihat seseorang yang menyalakan lampu terang. Maka tak heran, dari balik meja dan mikrofon, mulai terdengar desisan halus: “Purbaya terlalu vokal”, “Purbaya tidak paham politik”, atau bahkan “Purbaya harus diam bila ingin selamat.”

Akankah Presiden Prabowo Membelanya?

Prabowo dikenal keras pada lawan, tapi juga realistis pada kawan. Ia mengerti medan politik bukan sekadar soal benar dan salah, tapi juga soal kapan dan bagaimana bertahan di tengah serigala buas. Jika Purbaya masih dianggap bagian dari visi besar reformasi ekonomi dan kedaulatan fiskal, Prabowo akan pasang badan maka Presiden Prabowo Subianto tetap seorang Patriot Sejati.

Tapi jika tekanan politik dari partai dan konglomerat terlalu besar, maka pembelaan bisa berubah jadi diam yang bermakna diam untuk menjaga stabilitas kekuasaan.

Presiden bisa saja memuji Purbaya di depan publik, tapi membiarkannya sendirian menghadapi badai di belakang layar. Begitulah politik yang idealis sering diuji bukan oleh musuhnya, tapi oleh diamnya pemimpinnya. Namun demikian Presiden Prabowo tetap lah Patriot Sejati Purbaya akan dibela habis habisan oleh Presiden.

Bagaimana Nasibnya Kelak?

Nasib Purbaya akan tergantung pada pilihan jalannya sendiri. Jika ia memilih ikut arus, ia akan selamat tapi akan dilupakan sebagai teknokrat yang kehilangan prinsip.

Jika ia memilih melawan arus, ia akan disingkirkan tapi akan dikenang sebagai simbol keberanian di tengah kekuasaan yang membusuk.

Dalam sejarah Indonesia, orang-orang seperti itu tidak banyak. Tapi nama-nama mereka selalu abadi di ingatan bangsa. Maka mungkin benar, Menkeu Purbaya kini berada di sarang penyamun tapi justru di sanalah kejujuran diuji, integritas dibakar, dan sejarah ditulis. (***)