JAKARTA RAYA – Maraknya aplikasi untuk mempermudah aktivitas manusia kini telah banyak digunakan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga orang tua. Namun, seringkali aplikasi dan tautan yang diakses pengguna memerlukan data pribadi untuk dapat berfungsi dengan optimal. Sayangnya, banyak pengguna yang tidak membaca syarat dan ketentuan sebelum memberikan izin akses, seperti ke kamera, ruang penyimpanan dokumen, atau mikrofon gawai pribadi mereka. Ketidakwaspadaan ini menjadi salah satu penyebab utama pencurian data pribadi.

Hal ini disampaikan oleh Indriyatno Banyumurti, Direktur Eksekutif ICT Watch sekaligus Direktur PT. Chelonind Integrated, dalam Webinar Series Ke-50 Magnitude Indonesia pada Kamis (19/12). Indriyatno mengungkapkan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan waktu hingga 10 jam per hari untuk mengakses media sosial dan internet. Namun, pemakaian koneksi internet yang tidak aman, seperti Wi-Fi publik, dapat membuka peluang bagi pihak tidak bertanggung jawab untuk mencuri data pribadi pengguna.

“Hati-hati dalam menggunakan tautan dan Wi-Fi publik yang tidak kredibel karena bisa jadi merupakan praktik pencurian data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujar Indriyatno.

Dalam webinar tersebut, Indriyatno juga mendemonstrasikan bagaimana pencurian data dapat dilakukan melalui tautan yang diakses lewat QR Code. Ia mengajak peserta memindai QR Code yang telah dibuat, dan hasilnya, Indriyatno dapat mengakses lokasi, foto kamera depan, serta dokumen-dokumen yang tersimpan di gawai para peserta. Demonstrasi ini menjadi peringatan nyata agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memindai QR Code di area publik.

Lebih lanjut, Indriyatno menjelaskan salah satu metode pencurian data yang sering terjadi, yaitu phishing. Phishing adalah teknik pengelabuan yang bertujuan mencuri data pribadi, akun, atau informasi finansial dengan menawarkan imbalan, seperti promo atau hadiah dari perusahaan e-commerce.

Untuk menghindari pencurian data, Indriyatno memberikan beberapa saran:

Pertama, hindari menggunakan satu password untuk semua akun. Buatlah kata sandi yang unik untuk setiap akun.

Kedua, gunakan password yang kompleks. Kombinasikan huruf besar, huruf kecil, simbol, dan angka untuk meningkatkan keamanan.

Ketiga, ganti password secara berkala. Rutin memperbarui kata sandi dapat mencegah risiko kebocoran data.

Dalam pembukaan webinar, CEO Magnitude Indonesia, Abdul Rahman Ma’mun, yang juga Dosen Universitas Paramadina dan mantan Ketua Komisi Informasi Pusat (2011-2013), mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memberikan data pribadi ke tautan-tautan yang tidak kredibel. “Data pribadi yang diberikan secara tidak sengaja dapat menimbulkan kerugian, seperti menerima pesan dari nomor tidak dikenal di WhatsApp atau telepon,” ungkap Abdul Rahman.

Abdul Rahman juga menambahkan bahwa kadangkala pencurian data terjadi bukan semata-mata karena upaya pihak luar, tetapi karena kurangnya kewaspadaan pengguna internet sendiri. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih cermat dan selektif saat mengakses tautan atau aplikasi. (hab)