Oleh: Mohamad Fuad, Ketua Umum Gusdurian Garis Lurus (PB- GGL)

Perkembangan global saat ini menempatkan berbagai organisasi, termasuk Nahdlatul Ulama (PBNU), dalam pusaran dinamika geopolitik dan ekonomi yang semakin kompleks. Setidaknya ada tiga poros global yang memiliki pengaruh signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan di Indonesia, termasuk di ranah keagamaan dan sosial: Poros Vatikan, Poros Yerusalem, dan Poros Pebisnis.

Poros Vatikan dan Moderasi Beragama

Poros Vatikan dikenal aktif dalam mendorong kehidupan politik yang lebih demokratis dan terbuka di berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu fokus utama mereka adalah kampanye moderasi beragama yang bertujuan menciptakan harmoni antarumat beragama. Melalui kerja sama dengan berbagai organisasi keagamaan, termasuk ormas Islam, mereka berupaya menanamkan prinsip-prinsip kesetaraan dan toleransi dalam keberagaman.

Di satu sisi, upaya ini dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Namun, di sisi lain, keterlibatan aktor global dalam isu-isu keagamaan sering kali memunculkan kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya agenda tersembunyi yang dapat mempengaruhi kemandirian organisasi keagamaan nasional, termasuk PBNU.

Poros Yerusalem dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Poros Yerusalem memiliki kepentingan tersendiri dalam membangun hubungan diplomatik dan politik dengan berbagai negara, termasuk Indonesia. Salah satu strategi yang mereka gunakan adalah mendekati tokoh-tokoh agama dan masyarakat dengan narasi yang menekankan hubungan historis antara ajaran Islam dan tradisi Yahudi.

Pendekatan ini beriringan dengan berbagai kerja sama di bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial yang melibatkan negara-negara Timur Tengah sebagai perantara. Di tengah dinamika hubungan Indonesia dengan Palestina, keterlibatan poros ini menjadi isu yang sensitif dan perlu dicermati dengan bijak.

Poros Pebisnis dan Pengaruh Kapitalisme Global

Sementara itu, poros pebisnis yang melibatkan negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat, Eropa, Rusia, dan China memiliki kepentingan utama dalam mengakses pasar dan sumber daya alam Indonesia. Sektor pertambangan, mineral, pertanian, dan perdagangan menjadi sasaran utama investasi dan eksploitasi ekonomi oleh kekuatan-kekuatan global ini.

Bagi PBNU, tantangan utama adalah menjaga kemandirian dalam menghadapi pengaruh ekonomi global yang dapat berimbas pada kebijakan dan keputusan internal organisasi. Jangan sampai kepentingan ekonomi jangka pendek mengorbankan prinsip-prinsip dasar perjuangan organisasi yang berorientasi pada kepentingan umat.

Menjaga Independensi di Tengah Arus Globalisasi

Dalam menghadapi pengaruh tiga poros global tersebut, PBNU diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara keterbukaan dan independensi. Kerja sama dengan pihak luar tentu tidak dapat dihindari, tetapi harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan tetap mengutamakan kepentingan bangsa serta umat Islam di Indonesia.

Pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana PBNU mampu bertahan dari tekanan dan intervensi global? Publik berhak untuk menilai dan mengawasi bagaimana organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini menjaga independensinya di tengah derasnya arus globalisasi.

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, PBNU diharapkan tetap menjadi benteng moral dan spiritual yang kokoh, tidak mudah tergiur oleh kepentingan sesaat, serta tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang telah menjadi pilar utama perjuangannya. (pur)