Oleh: Mohamad Fuad

Ajaran dan nilai-nilai yang diwariskan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) masih tetap relevan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Gus Dur dikenal sebagai sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, keberagaman, serta berpikir kritis dalam menghadapi berbagai persoalan. Namun, pertanyaan mendasar yang muncul adalah sejauh mana ajaran-ajaran tersebut masih diamalkan oleh para pengikutnya, khususnya mereka yang berada di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Keberagaman dan Toleransi

Salah satu ajaran utama Gus Dur adalah penghormatan terhadap keberagaman, baik dalam aspek agama, etnis, maupun budaya. Ia selalu mengedepankan sikap inklusif dalam interaksi sosial dan politik. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran bahwa semangat keberagaman ini mulai luntur dalam dinamika politik PBNU dan PKB.

Dalam berbagai kebijakan pemerintahan, PBNU dan PKB dinilai lebih banyak berkompromi ketimbang bersikap kritis. Padahal, Gus Dur tidak segan-segan mengkritik pemerintah jika melihat adanya ketimpangan atau ketidakadilan dalam kebijakan yang diambil. Sikap kritis terhadap kebijakan negara seharusnya tetap menjadi ruh perjuangan NU dan PKB, bukan sekadar menjadi alat legitimasi kebijakan pemerintah.

Keadilan Sosial dan Kesetaraan

Gus Dur selalu memperjuangkan keadilan sosial, terutama bagi kaum yang tertindas dan terpinggirkan. Ia berani mengambil sikap tegas dalam membela hak-hak rakyat kecil, bahkan jika harus berhadapan dengan kekuatan politik besar.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan masyarakat kecil, seperti konflik agraria, penggusuran, serta kebijakan ekonomi yang tidak berpihak kepada rakyat. Sayangnya, suara kritis dari PBNU dan PKB terhadap kebijakan tersebut cenderung minim. Bahkan, dalam beberapa kasus, mereka justru terlihat lebih memilih diam atau mengikuti arus kebijakan pemerintah.

Berpikir Kritis dan Kejujuran dalam Bernegara

Ajaran Gus Dur juga menekankan pentingnya berpikir kritis dan berani menyuarakan kebenaran. Ia tidak pernah ragu dalam mengkritik pejabat negara yang dianggap menyimpang dari nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan.

Dalam konteks pemerintahan saat ini, masih menjadi pertanyaan besar apakah PBNU dan PKB benar-benar mengawal jalannya pemerintahan dengan kritis atau justru larut dalam politik praktis. Ketika terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan negara, semestinya mereka tampil sebagai garda terdepan dalam menegakkan nilai-nilai kejujuran dan transparansi.

Mengawal Pemerintahan Prabowo dengan Nilai Gus Dur

Dengan akan berlanjutnya pemerintahan di bawah kepemimpinan Prabowo, PBNU dan PKB diharapkan tidak kehilangan roh perjuangan Gus Dur. Mereka harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman, memperjuangkan keadilan sosial, dan bersikap kritis terhadap kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat.

PBNU dan PKB harus menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar bagian dari kekuasaan, tetapi juga mitra kritis yang dapat mengingatkan pemerintah ketika terjadi penyimpangan. Sebab, jika mereka hanya menjadi bagian dari mesin politik tanpa keberanian untuk mengoreksi, maka ajaran Gus Dur hanya akan menjadi slogan tanpa implementasi nyata.

Kesimpulan

Gus Dur telah mewariskan ajaran yang sangat bernilai bagi bangsa ini, terutama dalam hal keadilan, kemanusiaan, dan keberagaman. Namun, warisan tersebut akan kehilangan makna jika tidak diamalkan oleh mereka yang mengaku sebagai santrinya.

PBNU dan PKB memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga nilai-nilai yang telah diajarkan Gus Dur, bukan sekadar menjadikannya sebagai simbol dalam kampanye politik. Keberanian dan ketulusan Gus Dur dalam memperjuangkan keadilan harus tetap menjadi inspirasi dalam mengawal jalannya pemerintahan yang akan datang.

Sebagai bagian dari elemen masyarakat, rakyat pun berhak mengingatkan agar NU dan PKB tidak kehilangan arah dalam perjuangannya. Sebab, ketika suara kritis mulai hilang, maka ketimpangan dan ketidakadilan akan semakin mudah terjadi di negeri ini. (pur)