JAKARTA RAYA, Bekasi – Sejumlah loyalis dan simpatisan kader Partai Golkar Kota Bekasi mulai merapat ke lingkaran kekuasaan di bawah kepemimpinan Wali Kota Tri Adhianto dan Wakil Wali Kota Harris Bobihoe.

Puluhan kader Golkar yang sebelumnya dikenal sebagai orang dekat mantan Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi (Pepen), kini mulai merasakan terpinggirkan dari posisi strategis, khususnya di jajaran struktural badan usaha milik daerah (BUMD).

Bahkan, Tri Adhianto dikabarkan telah menggantikan sejumlah kader Golkar dan loyalis Pepen yang sebelumnya menempati jabatan penting di BUMD. Meski demikian, tidak sedikit dari mereka yang tetap bertahan dan memilih untuk menyesuaikan diri dengan dinamika kekuasaan yang baru.

Padahal, keberadaan kader Golkar di BUMD selama ini tak lepas dari peran besar Rahmat Effendi dalam memperjuangkan posisi politik mereka. Namun pasca Rahmat Effendi tersangkut kasus hukum, banyak loyalisnya yang memilih menjaga jarak dan fokus mengamankan posisi serta kepentingan ekonominya masing-masing.

Diketahui, hubungan antara Tri Adhianto dan Rahmat Effendi memang sempat dikabarkan renggang. Tri yang sebelumnya adalah bawahan Pepen, kemudian “dikarbit” menjadi politisi dan kini menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi.

Terkait fenomena merapatnya loyalis Golkar ke pemerintahan Tri-Harris, analis dari Center for Public Policy Studies Indonesia (CPPSI), Indra Dona, menyebut hal ini sebagai dinamika politik yang wajar.

“Mereka (loyalis Pepen) tengah mengamankan posisi agar tetap masuk dalam lingkaran kekuasaan Tri,” ujarnya.

Dona menilai para loyalis mulai menyadari bahwa kondisi politik ke depan bisa menjadi tidak menguntungkan, terutama setelah Pepen menghadapi proses hukum. Oleh karena itu, langkah kader Golkar yang turut menepis isu miring terkait kasus-kasus yang menyeret pejabat Kota Bekasi dinilainya sebagai bentuk strategi untuk mempertahankan posisi di BUMD.

Lebih lanjut, Indra Dona juga melihat bahwa Tri Adhianto memiliki karakter kepemimpinan yang cenderung akomodatif terhadap berbagai kepentingan politik, termasuk dari pihak yang sebelumnya berseberangan.

“Tri Adhianto memiliki karakter akomodatif, tujuannya agar pemerintahan tetap stabil tanpa gejolak yang besar,” tutupnya. (hab)