JAKARTA RAYA – Semua orang mungkin pernah mengalami Dejavu. Beberapa orang menganggap bahwa ini merupakan fenomena supernatural yang berkaitan dengan hal-hal atau ilmu-ilmu ghaib.
Tapi faktanya, ada penjelasan ilmiah mengenai fenomena yang berasal dari bahasa Prancis, yang artinya “sudah pernah melihat” ini. Para ahli menyebut Dejavu ada hubungannya dengan area di tengah otak yang disebut talamus.
Sebagaimana dihimpun dari DW, Selasa (19/9/2023), profesor neurologi di Georgetown University di Washington D.C, James J Giordano mengatakan bahwa otak pada dasarnya bekerja seperti mesin ruang dan waktu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Otak mengambil sesuatu di masa kini dan menghubungkannya dengan sesuatu yang mirip atau berbeda di masa lalu. Dari sini, otak mungkin menyampurtkan sinyal-sinyal tersebut hingga terjadilah Dejavu.
“Semua informasi seperti pendengaran, rasa, sentuhan, dan lain sebagainya. harus melewati talamus ke korteks serebral otak (lapisan terluar) untuk interpretasi dan pemrosesan lebih lanjut,” kata Giordano menjelaskan.
“Dan jika kecepatan interaksi itu sedikit berbeda, kita akan merasa seolah-olah kita mengalami masa kini, seolah-olah kita mengingatnya. Jadi apa yang dilakukan otak kita benar-benar membingungkan masa kini dengan masa lalu,” tambahnya.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah menghasilkan berbagai teori tentang mengapa dan bagaimana hal itu terjadi. Salah satu teori populer dari perspektif neurologis adalah pemrosesan ganda, di mana informasi disimpan dan diambil kembali melalui berbagai proses di otak.
Misalnya, saat sedang duduk di ruang tamu kemudian bau masakan tercium, dan kita melihat hewan peliharaan meringkuk di sofa. Semua sensasi ini bertambah selama pemrosesan dan ditafsirkan sebagai satu peristiwa.
Menurut teori pemrosesan ganda, ketika ada sedikit penundaan di otak saat memproses salah satu input ini, otak akan menafsirkan pengalaman tersebut sebagai dua peristiwa terpisah, memberi perasaan keakraban.
Ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa stres bisa menjadi faktor penyebab Dejavu. Saat sedang strea otak jadi lelah. Jadi yang bisa terjadi adalah pola aktivitas otak sedikit berubah dalam memproses kejadian.
Selain faktor stres, para peneliti juga mengatakan bahwa orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih sering mengalami Dejavu daripada orang yang kurang berpendidikan.
Meski begitu, Giordano menegaskan bahwa Dejavu merupakan hal normal dan bukan sebagai tanda otak tidak sehat. Dejavu terjadi pada orang sehat dan paling sering terjadi antara usia 15 dan 25 tahun.
Tapi dengan catatan, Dejavu terjadi tidak lebih dari beberapa kali dalam sebulan dan jika Dejavu tidak berkaitan dengan hilangnya kesadaran, atau keadaan seperti mimpi yang tidak normalm kalau ini terjadi, disarankan untuk mencari pertolongan medis.(hab)
Penulis : Hadits Abdillah
Editor : Hadits Abdillah