Ali Nurdin. Ketua Umum F. Buminu Sarbumusi
Indonesia masih menjadi salah satu negara pengirim pekerja migran terbesar di dunia. Di tengah arus globalisasi tenaga kerja, berbagai tantangan masih dihadapi Pekerja Migran Indonesia (PMI), mulai dari keterampilan yang belum memadai, lemahnya perlindungan hukum, hingga kurangnya ketahanan mental dan spiritual.
Menanggapi persoalan tersebut, sejumlah organisasi keagamaan dan pendidikan mulai mengembangkan pendekatan baru dalam mempersiapkan calon pekerja migran. Salah satu inovasi yang muncul adalah model Santri Migran Preneur, yang menggabungkan pendidikan vokasi berbasis pesantren dengan gerakan sosial keagamaan.
Pesantren Vokasi: Sinergi Pendidikan Agama dan Keterampilan Kerja
Program Santri Migran Preneur bertujuan mempersiapkan calon PMI melalui pendidikan terpadu yang mencakup pelatihan keterampilan kerja, penguatan bahasa asing, pengenalan budaya negara tujuan, serta pembinaan keagamaan. Lembaga pendidikan pesantren vokasi yang mengusung model ini, memberikan pelatihan teknis sesuai sektor kerja yang relevan, seperti perawatan lansia, hospitality, otomotif, dan pengasuhan anak.
Selain itu, para peserta dibina secara spiritual melalui pengajian, ibadah rutin, dan pembelajaran kitab kuning. Pembinaan ini dimaksudkan untuk membentuk pekerja migran yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki integritas dan ketahanan moral.
Pembinaan Berkelanjutan di Negara Penempatan
Salah satu komponen lanjutan dari model ini adalah gerakan Pekerja Migran Mengaji, yaitu forum pengajian rutin yang digelar secara tatap muka dan daring oleh komunitas PMI di negara penempatan. Forum ini berfungsi sebagai ruang pembinaan spiritual, konseling, hingga advokasi berbasis komunitas.
Data dan laporan dari sejumlah organisasi PMI menunjukkan bahwa komunitas pengajian seperti ini berperan penting dalam membangun solidaritas, serta menjadi tempat pertama untuk mencari bantuan saat terjadi masalah seperti kekerasan kerja, depresi, atau konflik hukum.
Dari Pekerja Menjadi Pelopor Pemberdayaan
Model Santri Migran Preneur mendorong transformasi peran PMI, dari semata pencari nafkah menjadi agen perubahan sosial. Program ini juga mendorong optimalisasi dana zakat dan inisiatif solidaritas umat untuk mendukung kemandirian ekonomi para migran.
Para penggagasnya menyatakan bahwa pendekatan ini sejalan dengan upaya diplomasi perlindungan warga negara yang bermartabat, serta merupakan bentuk aktualisasi Islam yang memberdayakan dan meneguhkan peran umat dalam kancah global.
Pemerintah dan para pemangku kepentingan diimbau untuk mendukung pengembangan model ini, terutama melalui kebijakan yang terintegrasi antara pendidikan vokasi, perlindungan tenaga kerja, dan pembinaan keagamaan bagi PMI. (hab)
Tinggalkan Balasan