Oleh: Mohamad Fuad, Pemerhati politik dan Lingkungan
JAKARTA RAYA – Tsunami politik di Jatim sangat terasa bagi PKB dalam pilkada 2024 dengan hasil sangat mengecewakan bagi DPP PKB. Pasangan Luluk-Lukman memperoleh hasil yang cukup memalukan. Padahal Ketum DPP PKB dengan suara lantang mengancam kader PKB yang tidak memenangkan pasangan Luluk – Lukman.
Faktanya pasangan Luluk – Lukman hanya mendapatkan suara sekitar sembilan persen, seakan kader PKB di tingkat grassroot diam atau membangkang bahkan mengalihkan dukungan ke pihak pasangan lain.
Begitu juga calon kepala daerah dari PKB di seluruh Jawa Timur banyak yang gagal tumbang tak berdaya menghadapi kekuatan gerakan dari partai politik lain padahal PKB adalah pemenang pemilu legislatif di Jawa Timur. Pasti ada sebabnya ketika suara PKB di pilkada 2024 ini terjun bebas bahkan sangat memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Melihat hasil Pilkada Jawa Timur seperti itu, bukanlah investasi politik jangka panjang tapi sikap konyol yang justru menggerogoti muru’ah PKB secara perlahan di Jawa Timur.
Tentu fenomena ini patut menjadi bahan evaluasi bagi elite PKB kenapa hal ini bisa terjadi ?.
Namun berdasarkan perspektif umum fenomena itu disebabkan banyak hal, diantaranya adalah :
1. Elit PKB yang berasal dari Jawa Timur terlalu banyak menyakiti warga Jawa Timur sehingga warga Jatim menolak keras seluruh suksesi kepala daerah hasil didikan elit DPP PKB.
2. Tidak ada lagi loyalitas kader di PKB termasuk yang cair pemilihnya, ini disebabkan elit DPP PKB sering menyakiti terhadap kader loyalis sehingga pemilih PKB relatif tidak loyal dengan struktur partai namun loyal kepada para caleg. Terbukti tidak ada kesamaan antara pemilih partai, pilpres, caleg, dan pilkada.
3. Circle kepemimpinan PKB di berbagai tingkatan secara tertutup hanya bisa diakses oleh pihak pihak tertentu yang pada akhirnya membentuk watak oligarki politik.
Untuk itu model kepemimpinan seperti itu harus segera diperbaiki agar PKB menjadi partai politik yang terbuka, demokratis dan modern.
Awalnya Jawa Timur adalah wilayah yang sangat subur pertumbuhan PKB namun lambat laun masyarakat Jawa Timur meninggalkan PKB. Faktanya sampai hari ini hanya segelintir kader PKB yang menjadi kepala daerah.
Kepercayaan masyarakat Jawa Timur terhadap PKB hanya memilih kader pada level legislatif, artinya kepemimpinan PKB di tingkat pusat tidak mampu mencetak kader PKB menjadi eksekutif.
Seharusnya fenomena ini wajib di evaluasi secara menyeluruh. Namun sepertinya kepemimpinan PKB tidak melakukan pendidikan politik secara baik dan benar.
Pertanyaannya siapa yang akan melakukan evaluasi itu ?.
Berbagai isu yang tidak sedap bahwa kader-kader PKB yang ada di legislatif di Jawa Timur hanya dimanfaatkan sebatas kepentingan jangka pendek, sehingga energi mereka tidak berkembang dan tidak fokus dalam melayani masyarakat.
Jadi memang sangat kompleks banyak variabel yang berpengaruh terhadap anjloknya elektabilitas paslon kader PKB dalam pilkada di Jawa Timur.
Kekalahan PKB di Jawa Timur seharusnya menjadi momen refleksi bagi elite partai ini. Setelah memenangkan legislatif 2019 dan 2024, justru PKB kehilangan momentumnya dalam memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat Jawa Timur ?
Evaluasi internal di tubuh PKB perlu dilakukan, terutama dalam menghadapi dinamika politik yang semakin kompleks. Elit DPP PKB harus memahami bahwa demokrasi adalah tentang menghormati pilihan rakyat. Melawan hasil pilkada tanpa dasar yang kuat sama saja melawan kehendak masyarakat.
Jika elite DPP PKB benar-benar ingin membesarkan PKB, maka langkah yang lebih bijak adalah merubah tradisi dan watak oligarki politik di internal PKB khususnya dalam memperlakukan kader dengan baik dan benar, lalu bangkit untuk memperbaiki diri menghilangkan politik diskriminatif dan menghilangkan politik gerbong demi masa depan PKB.
Bagi PKB Pilkada Jawa Timur 2024 bukan hanya tentang pergantian kader kepemimpinan, tetapi juga tentang pembuktian bahwa proses kaderisasi partai yang baik dan benar merupakan amanat konstitusi partai dalam mempersiapkan kepemimpinan / negarawan di seluruh tingkatan.
Apakah elit PKB siap melakukan itu?
Penulis : Purwadi
Editor : Hadits Abdillah