JAKARTA RAYA – Calon Presiden atau Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengingatkan bahwa nilai adab dalam berpolitik itu penting untuk menjaga kehidupan demokrasi. Selain itu, perilaku politik juga bisa menjadi contoh teladan pemimpin agar kehidupan masyarakat menjunjung nilai etika.
Dalam debat kelima capres, Minggu (4/2/2024), Ganjar Pranowo mengungkapkan pembangunan bangsa memiliki tiga faktor kunci. Hal itu meliputi kepribadian kebudayaan, kesehatan, dan pendidikan.
“Akses kesehatan dan pendidikan harus diperluas dan merata. Karena itu kami menekankan pembangunan 1 Desa 1 Faskes 1 Nakes,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ganjar memaparkan visi-misi pembangunan tersebut. Dia menegaskan pembangunan pun harus mengedepankan prinsip inklusif, meliputi penguatan pengembangan kelompok rentan, seperti ibu, Lansia, dan kelompok disabilitas.
Sementara terkait pendidikan, Ganjar memprioritaskan penyusunan kurikulum inklusif, membangun fasilitas, serta meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen.
“Pendidikan dan kebudayaan harus dibangun bersama-sama,” ungkapnya.
Ganjar mengatakan, dengan memperkuat sektor pendidikan, kesehatan, serta membereskan kebijakan yang tak berpihak kepada rakyat kecil, pembangunan bangsa akan jauh lebih mudah. Namun, seluruh upaya pembangunan itu harus disertai dengan kepribadian dan keteladanan pemimpin yang menjunjung tinggi etika dan sikap demokratis.
Lebih jauh, Ganjar juga menyinggung seolah kebijakan pembangunan yang ada sekarang tidak berpihak kepada masyarakat luas. Salah satu contohnya adalah UU Cipta Kerja.
“Kami sebagaimana mengakomodir suara buruh, akan mengkaji ulang UU Cipta kerja agar adanya keseimbangan. Harus berorientasi pada manusia,” tegasnya.
Di sisi lain, Ganjar juga menyinggung belakangan suara protes dari tokoh masyarakat dan kalangan kampus menyeruak, mengkhawatirkan kehidupan demokrasi yang terancam.
Ganjar pun mengutarakan suara rakyat bawah sepanjang penelusurannya sejauh ini, menginginkan adanya perbaikan kualitas hidup.
“Tentu keresahan yang muncul baik mulai dari Gus Mus, Muhammadiyah, Romo Franz Magnis, dan kampus-kampus mesti menjadi catatan bersama bahwa kita dalam konteks indonesia berbudaya semua harus dalam koridor yang baik,
“Karena itu bagi kami, Tuannya adalah Rakyat, Jabatan hanyalah Mandat,” sebutnya.(hab)
Penulis : Hadits Abdillah
Editor : Hadits Abdillah