JAKARTA RAYA – Bersepeda sudah menjadi bagian gaya hidupnya. Kemana saja, selalu bersepeda. Ia lakoni itu sejak masih duduk di sekolah dasar. Dengan bersepeda, selain bermanfaat untuk kebugaran, juga menjadi sarana bersilaturahmi sekaligus mendengarkan aspirasi masyarakat.
“Sejak SD, saya sekolah naik sepeda. SMP naik sepeda, kemudian SMA. Kuliah karena tidak terlalu mampu, saya sering pinjam sepeda sama teman akrab saya,” bebernya, dikutip dari berbagai sumber, Kamis (7/12/2023).
Sampai menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah, pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, ini selalu bersepeda. Baik ke kantor atau blusukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, dengan menggunakan sepeda bisa lebih dekat untuk mendengar aspirasi masyarakat Jawa Tengah. Ketimbang naik mobil dinas, bersepeda bisa membantunya masuk gang sempit untuk melihat langsung kondisi warganya.
Lagi pula, suami Siti Atikoh Suprianti, ini tidak harus menggenakan baju dinas lengkap dengan pangkat menempel yang justru membuat masyarakat enggan curhat. Sehingga tak pelak, bila bersepeda memang menjadi identitas Ganjar.
“Kalau sepedaan, padahal saya sudah tutup pakai masker, kaca mata, orang masih kenal. masih teriak, ‘Pak Ganjar’,” tuturnya.
Selain sebagai sarana transportasi dan blusukan, bersepeda juga dijadikan sarana untuk berolahraga. Tak jarang, Ganjar Pranowo melakukan touring. Bahkan, ikut dalam event sepeda tingkat nasional, seperti Tour de Borobudur (TDB) yang rutin digelar setiap tahun.
“Lumayan, jauh muter-muternya sekitar Semarang, Magelang, Boyolali, Solo kadang-kadang sampai daerah Gunung Lawu,” tutur Ganjar.
Meski begitu, Ganjar juga punya pengalaman hidup saat bersepeda. Ini terjadi ketika awal-awal menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, tahun 2014 silam. Pria pecinta alam ini mengaku pingsan saat mengayuh sepeda di Semarang. Kok, bisa?
Ketika itu, ia belum mengerti teknik menggowes. Belum tahu banyak mengetahui soal kondisi jalanan antara di Jakarta dan Semarang, itu berbeda. Karena topografi jalanan di Semarang lebih banyak naik turun ketimbang di Jakarta yang umumnya datar.
“Ternyata teknik bersepeda saya nggak bagus. Saya naik, nggak kuat, terus pingsan,” ujarnya seraya tertawa.
Meski begitu, Ganjar ya Ganjar. Ia tak kapok dengan hal itu. Untungnya, sejumlah komunitas goes alias orang hobi bersepeda datang langsung melatihnya tentang teknik-teknik bersepeda, seperti teknik mengayuh sepeda di jalan, teknik bernapas, teknik meningkatkan energi saat berada di tanjakan, cara bersepeda di jalanan menurun hingga teknik keseimbangan.
Alhasil, pria yang memiliki body ideal ini mahir bersepeda. Mengetahui teknik-teknik bersepeda yang baik, termasuk dukungan fasilitas untuk bersepeda.
Ya, selama bersepeda, Ganjar memiliki beragam jenis sepeda sesuai dengan kondisi dan penggunaannya, mulai dari sepeda gunung, sepeda jalan raya (road bike), sepeda hybrid (Gabungan MTB dan road bike), hingga sepeda lipat yang sering dipakai untuk berdinas.
Dengan menyesuaikan itu, Ganjar mengaku tak lagi merasa capek ketika bersepeda dari Semarang-Borobudur-Magelang.
Baginya, bersepeda sangat mengasyikkan. Selain menyalurkan hobi dan sarana interaksi masyarakat, bersepeda juga menjaga tubuh tetap bugar.
Ia pun menyarankan agar masyarakat juga berolahraga dengan bersepeda. Tapi, dengan catatan harus menggenakan pakaian yang sesuai dengan memperhatikan keamanan, dan mematuhi arus lalu lintas di jalan. Jangan menggunakan jalan tidak sesuai jalur yang bisa menimbulkan protes pengguna jalan lainnya.(hab)
Penulis : Hadits Abdillah
Editor : Hadits Abdillah