Aneh! Industri Kesulitan Mencari Tenaga Kerja Terampil tapi Lulusan SMK Banyak yang Nganggur

Rabu, 3 Juli 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA RAYA – Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) salah satu penyumbang pengangguran terbesar Gen Z di Indonesia. Hal itu berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2024.

Menanggapi hal ini, pengamat sosial, Devie Rahmawati mengatakan, tidak hanya riset BPS bahkan berbagai riset penelitian di dunia seperti di China,Amerika dan negara-negara maju di dunia yang masyarakatnya berpendidikan sangat tinggi juga mengalami lonjakan jumlah pengangguran.

Menurut Devie ada 5 faktor penyebab terjadinya tingkat pengangguran. Pertama adalah pandemi yang membuat ekonomi dunia belum kembali pulih. Kedua adalah pola asuh orang tua, Ketiga adalah perliaku gen Z ini yang agak unik dalam kontek profesionalisme. Keempat adalah perubahan industri dan yang kelima adalah pendidikan yang mismatch.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Bahkan ada sebuah penelitian yang meramalkan bahwa tahun 2030 mendatang, di negara Amerika, China, Rusia, Eropa termasuk indonesia akan kekurangan talenta. Bukan pekerjaanya tidak ada, tapi banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan industri. Artinya apa? bukan industrinya tidak ada pekerjaan tapi banyak yang tidak cocok dengan apa yang dicari oleh industri,” kata Devie.

Senada, pengamat pendidikan vokasi, Farkhan menjelaskan jika menyandingkan Data Sakernas BPS 2023 dengan Dapodik SMK terungkap bahwa memang terjadi mismatch antara kebutuhan industri dengan apa yang disuplai oleh dunia pendidikan khususnya di pasar terbesar tenaga kerja di level operator yang dipasok lulusan SMA/SMK. Namun stigma bahwa lulusan SMK menjadi kontributor terbesar pengangguran tidak sepenuhnya benar.

Baca Juga :  BTN Mulai Tawarkan Akuisisi Bank Umum Syariah

Farkhan mengatakan, kalau dibandingkan dengan SMA yang lulusannya banyak melanjutkan ke pendidikan tinggi, jumlah lulusan SMK yang masuk pasar kerja jauh lebih banyak. Jadi kalau data statistik menyebutkan bahwa lulusan SMK menjadi kontributor terbesar penganggur hal yang wajar, karena secara populasi memang lulusan SMK yang masuk pasar kerja jauh lebih banyak dari SMA. “Hal ini justru membuktikan program wajib belajar 12 tahun pemerintah cukup berhasil menurunkan angka putus sekolah khususnya di tingkat dasar hingga menengah.”

“Salah satu solusi mengatasi permasalahan mismatch, seharusnya buka/tutup kompetensi keahlian di SMK adalah hal yang wajar terjadi mengikuti dinamika pasar kerja,” jelas Farkhan.

Sementara itu Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek yaitu Kiki Yuliati, mengungkapkan bahwa secara nasional memang ada pengangguran, namun angka itu harus dilihat terlebih dahulu. Kemudian dicek untuk lulusan SMK yang dimaksud tahun berapa.

“Jadi begini, bisa ditanyakan kesana , metode yang mereka lakukan itu seperti apa. Itu lulusan SMK tahun berapa? Silahkan ditanya dulu ke situ, baru kita diskusikan kembali lebih detail,” ujar Kiki.

Baca Juga :  Komitmen Mencerdaskan Anak Sejak Usia Dini, Smartkidz Buka Cabang di Sukmajaya Depok

Kiki mengatakan, bahwa perlu menjadi catatan terkait pengangguran tersebut adalah profil ketersediaan lapangan kerja se-Indonesia. Profil ketersediaan lapangan kerja per tahun di Indonesia memang belum pernah muncul. Padahal sangat penting untuk mengetahui seberapa banyak dan kemudian berapa yang dikhususkan untuk tiap lulusan.

“Misal sekian juta itu terdiri dari sekian ratus ribu untuk lulusan ini. Kalau ada itu saya akan senang banget,” ujarnya.

Pada beberapa tahun terakhir ini, Ditjen Vokasi saling membantu dengan satuan pendidikan vokasi agar mentransformasi pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhan kerja. Kerja sama mitra pada dunia usaha dan industri juga harus gencar dilakukan.

Tidak hanya menjadi lokasi magang, namun mitra juga terjun ke sekolah untuk ikut serta bersama menyusun kurikulum dan berinvestasi dalam membuat teaching factory. Kolaborasi tersebut juga menguntungkan bagi satuan pendidikan vokasi, juga memberikan dampak positif bagi industri. Keberlanjutan industri ada pada ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas.

“Dengan memastikan bahwa lulusan vokasi memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan industri, maka kita dapat memastikan keberlangsungan dan kemajuan dunia industri Indonesia di masa depan,” pungkasnya. (hab)

Penulis : Hadits Abdillah

Editor : Hadits Abdillah

Berita Terkait

Prabowo Berikan TV & WC Tiap Sekolah
Pengelolaan Kantin Sekolah Negeri di Jakarta harus Transparan
Dosen Universitas Paramadina: Pembuat Kebijakan Butuh Policy Brief Agar Hasil Riset Mudah Diterapkan dalam Kebijakan
Universitas Ciputra Tingkatkan Daya Saing Ekspor Indonesia Lewat 7 Bisnis Mahasiswa di SIAL InterFOOD 2024
Kurikulum Baru: AI dan Coding Direncanakan Masuk di SD dan SMP
Wisuda ke-3 Polteknaker, Siapkan Tenaga Kerja Siap Kerja
Sumpah Pemuda: Generasi Z Tidak Hanya Melek Digital, Tapi Harus Menjadi Pemuda Pemersatu Bangsa
Mentan Amran Paparkan Konsep Swasembada Pangan di Retreat Kabinet Merah Putih
Berita ini 51 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 29 November 2024 - 09:39 WIB

Prabowo Berikan TV & WC Tiap Sekolah

Senin, 25 November 2024 - 04:16 WIB

Pengelolaan Kantin Sekolah Negeri di Jakarta harus Transparan

Selasa, 19 November 2024 - 12:26 WIB

Dosen Universitas Paramadina: Pembuat Kebijakan Butuh Policy Brief Agar Hasil Riset Mudah Diterapkan dalam Kebijakan

Selasa, 19 November 2024 - 09:27 WIB

Universitas Ciputra Tingkatkan Daya Saing Ekspor Indonesia Lewat 7 Bisnis Mahasiswa di SIAL InterFOOD 2024

Rabu, 13 November 2024 - 13:20 WIB

Kurikulum Baru: AI dan Coding Direncanakan Masuk di SD dan SMP

Berita Terbaru

ekonomi

Ramai-ramai Menolak PPN 12%

Rabu, 4 Des 2024 - 11:01 WIB